Larasati

Senin, April 25, 2011

LarasatiLarasati by Pramoedya Ananta Toer
My rating: 4 of 5 stars

Paperback, 180 pages Published 2003 by Lentera Dipantara (first published 2000) ISBN 9799731291 (ISBN13: 9789799731296).
Cover buku ini menarik. Warna cerah oranye dengan dengan covergirl seorang perempuan seperti wajah di Majalah Anita Cemerlang. Novel ini ditulis dalam suasana awal kemerdekaan Republik Indonesia, sekitar Tahun 1950. Pada masa itu, sedang masa peralihan antara kemerdekaan RI yang seutuhnya dan agresi militer Belanda yang masih tidak rela kehilangan Indonesia sebagai jajahan terbesarnya.

Instablitas politik dan keamanan menjadi isu penting. Tidak menjadi soal bagaimana para pemimpin negara bekerja sama untuk menggapai Indonesia yang utuh. Ini sebuah cerita dari segelintir jutaan rakyat Indonesia, yang mengabdikan dirinya pada sebuah kata: REVOLUSI. Revolusi adalah sebuah istilah yang digunakan oleh Soekarno untuk mencerahkan rakyat Indonesia dari kolonialisme dan feodalisme yang baru saja berakhir sengatnya. Ia mencita-citakan suatu perubahan pikiran dan tindakan yang bebas dari penindasan dan tekanan. Karakter inferior pada bangsa terjajah diubah dengan perubahan pemikiran, perubahan tingkah laku yang bersandar pada kekuatan Bangsa Indonesia sendiri. Pram, sebagai salah seorang yang mendukung Revolusioner, menggunakan kalimat-kalimat yang memompa semangat kaum muda Indonesia saat itu, untuk berubah, berubah cara pandang dan tingkah laku.



Pram mengambil Larasati sebagai tokoh utama novel ini untuk menggugah rasa nasionalisme. Ia tidak mengambil tokoh seorang militer, namun seorang seniwati. Mungkin ia beranggapan bahwa perjuangan pun tidak selalu lewat perjuangan fisik, tetapi lewat keahlian atau profesi unik masing-masing orang.


kalau mati, dengan berani; kalau hidup dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.

Perjalanan pulang Ara dari Yogyakarta ke Jakarta, tidak sekedar pulang kembali ke rumah. Ia pulang dengan meninggalkan kenangan, serta bertemu dengan orang-orang yang semakin memantapkannya untuk ikut Republik. Sebagai pekerja seni yang profesinya menghibur tentara, ia punya jaringan pada tentara-tentara yang padanya ia dapat aman, terutama dengan tentara NICA. Pada saat itu, dibuat film-film propaganda sejarah oleh NICA, dengan bantuan akting Ara. Setelah ia memutuskan tidak bekerjasama lagi dengan tentara NICA, ternyata menuai masalah. Zona aman yang dekat dengan dirinya, ia tinggalkan dan ia merasa ia berjuang sendiri.

Pertemuan dengan seorang kakek di kereta api, seorang opsir, seorang pemuda yang memberi selendang padanya, membuat ia sangat menghargai kemerdekaan. Ia menentukan sikap dengan tidak bekerjsama lagi dengan pihak penjajah. Konsekwensinya, ia kehilangan penghasilan, ia kehilangan teman-teman dan karir yang masih cemerlang di usianya yang produktif.

Pertemuan dengan seorang muda di dekat rumahnya, membuat ia "teracuni." Pemuda-pemuda yang mendukung republik saat itu sedang gencar-gencarnya melakukan serangan pada pasukan kompeni. Ara akhirnya terlibat dengan peperangan secara fisik. Sebab, baginya, itulah risiko revolusi. Risiko pejuang yang bermimpi tanah air bebas. Apa yang dikatakan oleh pemuda yang bernama Martabat itu, dikala mereka berdua sedang bersembunyi dari sergapan pasukan musuh?


Suaramu gemetar. Kau tak punya rasa dendam? Kalau orang cintai tanah airnya dia mesti dendam pada musuh tanahairnya. Dia takkan takut. Kau benar-benar mau berjuang buat tanah airmu? (h.97)


selanjutnya, Martabat meyakinkan Ara bahwa setiap perjuangan tidak sia-sia, sebab perjuangan itu punya tujuan.


Kalau kau belum punya anak, kau akan mengerti lebih banyak apa kataku. Mengerti? Juga buat anakmu yang belum lahir kami lakukan perjuangan ini. (h.99)


Takut memilih. Takut pada pilihan. Percakapan antara Martabat dan Ara yang membahas masalah ketakutan. Martabat menanyakan apakah Ara masih takut? Takut pada malam? atau takut pada tentara? atau takut karena selama ini ia sering berada di tempat yang nyaman alih-alih di medan perang yang setiap saat dapat saja merenggut nyawanya. Kalimat yang diucapkan Martabat menunjukkan bahwa ia paham benar apa maksudnya berjuang. "...perjuangan selamanya mengalami menang dan kalah, silih berganti. Kalau kau menang, bersiaplah untuk kalah, dan kalau kau kalah, terima kekalahan tersebut dengan hati besar, dan rebutlah kemenangan."

Ara dengan perjuangannya sebagai seorang wanita menunjukkan dengan berani, bahwa ia tidak mau ikut dengan Jusman. Seorang keturunan Arab, yang kemudian mengajaknya hidup bersama namun tanpa ikatan pernikahan. Ara tidak bersedia bekerjasama dan sedikitpun ia tidak mau menjenguk Jusman ke rumah sakit. Ia menunjukkan kebenciannya dengan tetap berdiam di rumah. Kemudian diketahuilah bahwa Jusman pun adalah mata-mata NICA.


kalau mati, dengan berani; kalau hidup dengan berani. Kalau keberanian tidak ada, itulah sebabnya setiap bangsa asing bisa jajah kita.

Masih relevankah pesan 50 tahun yang lalu dengan kondisi bangsa kita saat ini? Apakah perilaku korupsi menunjukkan bahwa kita sebenarnya belum merdeka. Belum merdeka dari keterjajahan mental feodal dan tidak mau bekerja keras?


hanya angkatan tua yang mengajak korup, angkatan muda membuat revolusi. Pemuda sedang melahirkan sejarah.

Walau novel ini sudah beredar di negeri ini lebih dari 50 tahun yang lalu, namun pesannya pada generasi muda sekarang masih relevan. Yaitu perjuangan belum selesai, dan masih membutuhkan waktu panjang. Kemerdekaan masih cita-cita. Merdeka dari kebodohan, merdeka dari kemiskinan, merdeka dari penindasan, merdeka dari ketidakadilan, merdeka dari korupsi, dan masih banyak cita-cita merdeka lainnya. Untuk itu perlu punya prinsip keberanian. Berani membela harga diri, berani berpendapat, berani bertindak, dan berani membaca :)

Memaknai kembali perayaan Hari Kartini pada tanggal 21 April ini, pada Kompas Minggu, 24 April 2011, mengutip yang dikatakan oleh Lea Simanjuntak:
”Sekarang sudah banyak perempuan hebat, berpendidikan tinggi, punya jabatan tinggi, tetapi jangan lupa, perlu juga jadi perempuan yang berkepribadian, bertanggung jawab, dan bisa dipercaya,”

Selamat Hari Perempuan Indonesia. Indonesia yang berubah sebenarnya ada di tangan perempuan. Selamat kepada perempuan. Andalah pengubah Indonesia.

@hws25042011

You Might Also Like

0 komentar