Wawancara Imajiner dengan Sukarno

Sabtu, Februari 02, 2013


Salah satu bentuk ekspresi orang yang khas adalah bercerita. Kita tertarik pada seseorang mungkin bukan karena tampangnya yang oke, namun kemampuannya bercerita. Sering kali cerita yang tampaknya biasa bagi orang lain, namun ketika seorang yang pintar meramu dan menceritakannya, cerita itu menjadi lebih menarik. Dalam cerita, kadang kala kita tidak peduli apakah cerita itu benar atau tidak. Kita sering terpesona dengan gaya penceritaan, alih-alih isi cerita itu sendiri.

Seberapa banyak dari kita yang tahu cerita apa yang terjadi pada awal masa kemerdekaan Indonesia. begitu banyak buku-buku Sejarah mulai dari bangku sekolah maupun sekarang menceritakan bagaimana sosok Soekarno dan rekan-rekan seperjuangan mendirikan dan memperjuangkan keberadaan Indonesia. Soekarno, adalah satu-satunya Presiden Indonesia yang pernah berpengaruh di dunia nasional maupun internasional pada masanya. Kewibawaan serta kepandaiannya berorasi memikat perhatian khalayak dalam negeri maupun luar negeri. Sikap politiknya yang keras terhadap Amerika dan Malaysia, namun lembek terhadap Partai Komunis dan ABRI, membuat orang-orang hingga saat ini masih penasaran dan ingin tahu bagaimana pemikiran-pemikiran Soekarno.

Wawancara Imajiner dengan Bung Karno
Penulis: Christianto Wibisono
Layout: Sukoco
Desain sampul: Hendy Irawan
Penerbit: PT Gramedia (2013)
ISBN: 978-979-22-8572-7

Christanto Wibisono menghadirkan Soekarno sebagai sosok imajiner yang bercerita dan mengutarakan pendapat-pendapatnya atas kondisi-kondisi yang terjadi di negeri ini. Tentunya kita tahu bahwa yang bercerita adalah Christanto, namun gaya penulisan yang dibuat seperti wawancara ini banyak membuka wawasan kita tentang apa saja yang terjadi mulai dari zaman awal kemerdekaan hingga kondisi Indonesia terakhir.

Buku cetakan 2012 ini adalah revisi dari buku yang judulnya sama Tahun 1977 (35 tahun). Pada bagian akhir buku ini, ditampilkan wawancara imajiner dengan Bung Karno versi tahun 1977, persis 7 tahun setelah Soekarno meninggal, namun buku ini dilarang peredarannya oleh era Soeharto. Apa yang istimewa dari buku ini adalah bahwa Christianto mengingatkan agar para pemimpin sekarang maupun generasi pewaris bangsa ini mesti belajar dari sejarah masa lalu. Bahwa apa yang terjadi sekarang bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, melainkan dari sebuah proses panjang. Untuk bertindak lebih bijak,maka kita perlu mengetahui dan memahami apa proses-proses tersebut.

Kehidupan bernegara meliputi kehidupan politik,ekonomi, sosial,budaya. Namun, sebagai warga negara, adakah kita mau tahu atau peduli tentang apa yang terjadi di negeri ini? Apakah sesuatu hal yang biasa bila kita melihat korban hampir seribu orang saat terjadi mudik nasional, atau perilaku korupsi para penyelenggara negara yang sepertinya mendapat perlakuan istimewa dibanding maling ayam. Entahlah apa yang dipikirkan para pemimpin bangsa saat ini. Namun,Soekarno pada masanya pernah menghentikan operasi Budhi yang dilakukan Jenderal Nasution terhadap institusi TNI yang disinyalir melakukan praktek korupsi saat menasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda menjadi perusahaan negara. Artinya saat itu, Soekarno tidak mendukung upaya pemberantasan korupsi. Namun, bila mencermati kondisi saat itu, Soekarno mengalami posisi dilematis. Ia sedang mencari keseimbangan antara dua kekuatan besar di Indonesia saat itu: TNI dan PKI. Pelemahan salah satunya akan menyebabkan cita-cita Soekarno tidak tercapai.

Berbagai peristiwa yang sangat kompleks mulai dari pembentukan negara ini hingga sekarang adalah peristiwa bersejarah. Melalui tokoh mertua SBY, Sarwo Edhie Wibowo, Christianto mengatakan bahwa elite yang memimpin negara ini harus belajar dari sejarah untuk tidak mengulangi kesalahan dan kekeliruan yang bisa berakibat fatal bagi bangsa dan negara dalam jangka menengah, dan panjang.

Pada dasarnya tidak ada kata berhenti untuk belajar, meski jenjang akademis sudah kita lalui. Ada hal-hal yang terus menerus kita pelajari selama hidup, yaitu hidup itu sendiri yang mengajar unutk  menjadi bijaksana. Dari buku ini terlihat bahwa tokoh-tokoh imajiner yang diciptakan oleh Christianto seperti Bung Karno, Bung Hatta, Amir Sjarifuddin, Soedjatmoko, Natsir, Wilopo, AH Nasution, Tan Malaka, Gus Dur, Soeharto menceritakan suasana  maupun isi hati mereka saat mereka 'hidup' dulu. Berikut contoh ungkapan dari beberapa tokoh imajiner tersebut:

Soeharto: "Saya akan menghadapi Mahkamah Internasional, Pak (Bung Karno,red). Saya akan mengungkapkan bahwa dalam tragedi The Rape of Jakarta May 1998 itu pelbagai faktor dan pemain intel kelas global telah mengail di air keruh. Tapi, terutama yang menjadi Ken Arok satu sama lain adalah inner circle saya sendiri. Wakil Presiden Habibie punya skenario sendiri untuk naik menggantikan saya. Menantu saya malah dimaki berkhianat oleh adik iparnya (Mamiek Soeharto). Wiranto saya beri Supersemar versi Mei 98, eh malah mendukung Habibie."

"Setelah lengser dan menjadi mantan manusia, saya lebih menghargai lawan politik seperti Ali Sadikin dan Benny Moerdaniyang terang-terangan berani mengkritik saya di depan umum, ketimbang para Ken Arok yang dimasa saya jaya, menjilati secara memuakkan dan pada saat terakhir mengkhianati saya dengan pola Ken Arok dan Brutus."

Sarwo Edhie Wibowo: "Saya sudah merangkul, memaafkan, serta mengubur permusuhan dan kebencian masa lalu. Saya telah merangkul putra D.N. Aidit dan menyematkan penghargaan pencinta lingkungan. No heartfeeling dan dendam untuk dosa masalalu, karena seperti Bung Karno ungkapkan, kita semua bukan nabi, bukan malaikat,tapi manusia biasa dengan hasrat syahwat kekuasaan yang terkadang kembali ke era primitive zero sum game."

Membaca buku ini paling tidak membuka wawasan saya tentang betapa peristiwa sejarah lebih menarik jika dibuat dalam bentuk percakapan. Seandainya buku ini diberi perhatian serius, maka bentuk lainnya adalah mengubah percakapan ini menjadi komik, tentu anak-anak sekolah akan lebih cepat memahami bagaimana maklumat Wapres dikeluarkan setelah proklamasi 17 Agustus 1945, kabinet 100 menterinya Soekarno, Tan Malaka, Soeharto, peristiwa PKI dan Mei 1998 terjadi.

Bagi saya, membaca tulisan-tulisan wawancara memang memudahkan saya untuk memahami apa permasalahan yang terjadi serta mencoba menafsirkan kembali keadaan tersebut. Meski hanyalah wawancara imajiner, namun itu sangat membantu memberi gambaran global, yang pada hakekatnya seharusnya dikritisi kembali. Karena bagaimanapun,itu adalah dari sudut pandang  seorang Christianto yang mungkin luput menambahkan fakta-fakta terkait.

Bagi yang ingin mencicipi sejarah politik dan ekonomi Indonesia, saya menyarankan buku ini. Ada judul buku-buku lain yang sepertinya menjadi referensi Christianto dalam menulis buku ini, silakan Anda menelusurinya kembali.

Tentang Santa
Sebelum menerima paket ini saya berpikir kira-kira Santa saya akan memberikan buku apa. Sebab saya sadar diri, di wishlistnya memang rada-rada sulit. Dan ternyata buku ini yang dipilihkan untuk saya. Saya memasukkan Wawancara Imajiner dengan Soekarno ini dalam wishlist karena tertarik membaca sekilas beberapa halamannya, namun saat itu saya urungkan berhubung buku-buku bertema demikian masih banyak, namun memang yang membuat saya tertarik karena konsep tokoh imajinernya itu.

Bagaimana cara saya menebak Riddle Sang Santa?



Halaman 1
Gambar 1 Hello I'm a book hoarder. My pile if books are getting higher and higher
Gambar 2 Hercule Poirot is my hero
Gambar 3 and Harry Potter he always took away my sorrow..
Gambar 4 But although Bella Swan is so pretty Twilight Saga never been my cup of tea (Sorry!)

Halaman 2
Gambar 5 For me, children book are really fun, sometimes I pretend to buy it for my son
Gambar 6 But enough already with these rhymes! If you do have some time. Please come and visit me enjoy my tiny little library :)

Pertama, riddle ini banyak clue, ada enam gambar dan keterangannya yang membantu saya memahami siapa Santa saya. Namun, yang paling 'menonjok' adalah keterangan gambar nomor 5 dan 6. Seorang mommy  yang memiliki putra dan memiliki perpustakaan kecil.
Kedua, tanpa melakukan filter terhadap keterangan gambar nomor 5 dan 6, sebenarnya keyakinan saya hanya bertambah. Sebab saya sudah menemukan santanya sebelum membaca Riddle ini.

Ada satu hal ketika saya menerima paket dari Sang Santa. Yaitu saya menulis sms mengucapkan terimakasih pada Sang Santa kepada nomor HP yang tertera pada alamat pengirim, berhubung nomor itu sangat jelas. Saya memastikan bahwa sms saya sampai, dan saya tidak menerima balasan apa-apa.
Namun, setelah nomor HP itu saya search inilah salah satu hasil penelusurannya yang menunjukkan siapa Santa saya:



Ya tentu saja saya berterima kasih pada mbak Astrid Felicia Lim Souisa dengan seorang putra dan perpustakaan kecilnya:





Terimakasih atas program yang digagas oleh Ndari dan Okky ini. Sungguh membuat saya senang dan berbahagia :) Postingan lainnya dalam rangka program Secret Santa BBI 2012 dapat dilihat di sini




Jkt, 2 Feb 2013




You Might Also Like

7 komentar

  1. Adakah tokoh lain selain soeharto dan sarwo edhie wibowo ?

    BalasHapus
  2. ya ampuuuun lengkap banget deh penyelidikannya...maksud hati mau membingungkan dengan nomer HP rayo, eh malah gara2 itu jadi ketebak huahahaha...lengkap banget pula datanya dia di internet, gimana nihhhh =p Btw, yang lucu ya, aku kan nggak bilang rayo soal secret santa ini, tau2 suatu hari dia nanya "kenapa ya ada yg sms aku tentang santa2 gitu?" huahahaha...bingung banget dia... anywayyy semoga bukunya berkesan ya bang epiii....dan happy belated bday juga!

    BalasHapus
  3. @azia: ada. Gus Dur ada, Bung Hatta ada, Tan Malaka juga (walau sebentar banget)

    BalasHapus
  4. @astrid: ahaha..makasih banyak bukunya ya mbak :a :q
    iya..aku juga heran, ini santa kok sombong amat nggak mau balas sms, eh ternyata belum infoin ya mbak? ahaha *ngakak*

    BalasHapus
  5. satu kata buat bang ephi: HEBAT! :q

    BalasHapus
  6. menariik artikelnya :D salam kenal yaaaa

    BalasHapus