Snow Country: Daerah Salju by Yasunari Kawabata
My rating: 4 of 5 stars
Paperback, 188 pages
Published 2009 by gagasmedia (first published 1947)
ISBN 9789797803681
Pernahkah kau mencuri pandang lewat pantulan kaca, entah itu di pintu kaca, jendela kaca, kaca pada jendela mobil, kaca spion, kaca lemari, atau apapun yang bisa memantulkan bayangan? Apa yang kau lihat dan rasakan?
Peristiwa ini adalah kisah awal novel ini. Dalam perjalanan ke suatu tempat yang indah alamnya, Shimamura memerhatikan seorang gadis yang ada di depannya dengan melihat melalui pantulan jendela kaca kereta api. Kecantikan gadis itu sungguh memesonanya. Bisa dibayangkan ketika Shimamura melihat ke luar, seharusnya pemandangan pohon-pohon dan pegunungan yang ia lihat, tetapi hal itu masih kalah menariknya dibanding wajah sang gadis. Kawabata menulis peristiwa itu sebagai berikut.
Langit di atas gunung masih menyisakan warna merah senja. Setiap benda masih jelas bentuknya di kejauhan, tetapi pemandangan gunung yang monoton, begitu-begitu saja mil demi mil, tampak menjemukan karena kehilangan warna. Tak ada yang menarik di luar sana, dan semuanya mengalir hambar. Tentulah itu karena tertimpa oleh wajah si gadis yang mengapung di atasnya. Pemandangan senja bergerak ajek di sekeliling garis wajah itu. Wajah itu juga tampak bening-tetapi, apakah ia benar-benar tembus cahaya? Shimamura melamunkan bahwa sesungguhnya pemandangan senja terus melintas wajah itu dan tidak pernah berhenti meyakinkannya bahwa memang begitulah yang terjadi.
My rating: 4 of 5 stars
Paperback, 188 pages
Published 2009 by gagasmedia (first published 1947)
ISBN 9789797803681
Pernahkah kau mencuri pandang lewat pantulan kaca, entah itu di pintu kaca, jendela kaca, kaca pada jendela mobil, kaca spion, kaca lemari, atau apapun yang bisa memantulkan bayangan? Apa yang kau lihat dan rasakan?
Peristiwa ini adalah kisah awal novel ini. Dalam perjalanan ke suatu tempat yang indah alamnya, Shimamura memerhatikan seorang gadis yang ada di depannya dengan melihat melalui pantulan jendela kaca kereta api. Kecantikan gadis itu sungguh memesonanya. Bisa dibayangkan ketika Shimamura melihat ke luar, seharusnya pemandangan pohon-pohon dan pegunungan yang ia lihat, tetapi hal itu masih kalah menariknya dibanding wajah sang gadis. Kawabata menulis peristiwa itu sebagai berikut.
Langit di atas gunung masih menyisakan warna merah senja. Setiap benda masih jelas bentuknya di kejauhan, tetapi pemandangan gunung yang monoton, begitu-begitu saja mil demi mil, tampak menjemukan karena kehilangan warna. Tak ada yang menarik di luar sana, dan semuanya mengalir hambar. Tentulah itu karena tertimpa oleh wajah si gadis yang mengapung di atasnya. Pemandangan senja bergerak ajek di sekeliling garis wajah itu. Wajah itu juga tampak bening-tetapi, apakah ia benar-benar tembus cahaya? Shimamura melamunkan bahwa sesungguhnya pemandangan senja terus melintas wajah itu dan tidak pernah berhenti meyakinkannya bahwa memang begitulah yang terjadi.